Sunday, August 12, 2012

KEBAYA DARI MASA KEMASA


Oleh :  Ir.KRAy.SM.Anglingkusumo SPd.M.Eng
 
Kebaya adalah ciri khas busana nasional Indonesia yang dikenakan
oleh perempuan Indonesia dari suku manapun.
Mengapa ”kebaya” ? Mengapa tidak baju  ”kurung” (kuruang) dari Sumatera, kebaya panjang dari Jawa, baju ”bodo” dari Sulawesi Selatan atau baju ”cele” dari Ambon ?
Pada tahun 1980 para perempuan Indonesia dan para desainer dari 27 propinsi telah berembug mengadakan suatu lokakarya yang membicarakan soal pakaian Nasional Indonesia .
Saya sebagai pembicara dari propinsi DIY juga memperagakan dan mengusulkan beberapa alternatif busana yang mengacu kepada busana tradisional Yogyakarta, demikian pula pembicara2 lain dari masing2 propinsi.
Setelah melalui beberapa pertimbangan , diantaranya bahwa baju kurung tidak hanya dipakai di Indonesia, tapi juga jadi ciri khas Malaysia, Brunei, Thailand,Kamboja,Myanmar sehingga kurang istimewa bila berada di komunitas mereka, sedangkan baju bodo, baju cele tidak mendapat respon besar dari peserta Lokakarya, demikian juga kebaya panjang dianggap boros dan bila dipakai keluar kota oleh ibu2 pejabat maka bagian bokong akan kusut dan tidak rapi. Dengan demikian maka diambil kesimpulan dari seluruh peserta yang hadir bahwa kebaya pendek menjadi pilihan sebagai busana Nasional perempuan Indonesia.
Bagaimana dengan model kebaya bagian depan ? bagi yang dadanya besar atau lebar bisa memakai ”lidah” yang lazim disebut ”Beff” supaya tidak terkesan gemuk/besar. Bagi yang langsing boleh saja bagian depan tertutup seperti kebaya ”Kartini” alias tanpa ”beff”.
Jadi keduanya boleh dipakai untuk busana Nasional, namun ternyata
Bila memakai beff, perempuan gemuk atau langsing teap menarik.
Soal kain panjang yang dipakai, setelah dibahas disepakati harus kain
Batik karena batik adalah keistimewaan kerajinan Indonesia, dimana 
Malaysia, Brunei dan lain2 tidak memakainya.
Pemakaian kain batik dengan cara dililitkan dan  memakai hiasan yang disebut ”wiron” dari asal kata ”wiru”  atau lipit lipit selebar 3 cm-5 cm pada akhir lilitan kain. Jadi bukanlah berbentuk sarung melainkan kain panjang 2.30 m sampai 2.50 m tergantung besar tubuh pemakai, sedang motif batik boleh dari daerah manapun. Sehingga jika sedang berjalan, ”wiron” tersebut akan berkibas seperti kipas sekaligus dapat menutupi betis yang mungkin terlihat sedikit.
Selain itu memakai hiasan selendang sebagai pemanis penampilan karena terbukti bahwa selendang adalah bagian tak terpisahkan dari perempuan Indonesia sejak dulu, baik sebagai alat menggendong anak, dagangan, bawaan dll.
Sebagai alas kaki disarankan mengenakan selop baik yang tertutup maupun terbuka bagian depannya dan yang memakai tumit
agar kaki terlihat indah.
Tatarambut memakai sanggul konde biasa yang dihiasi 3 buah tusuk konde yaitu dibagian kiri dan kanan serta 1 tusuk konde kecil yang juga disebut ”sindik” ditengah atas sanggul .
Mengenai ”sunggar” atau rambut diatas telinga yang dibentuk tidak merupakan keharusan karena memakai gaya Jawa Baratpun boleh saja   ( tanpa sunggar ). Contoh sebagaimana tatarias rambut ibu Umar Wirahadikusumah (  istri Wapres R.I ).

No comments:

Post a Comment