Sunday, August 12, 2012

PENDIDIKAN WANITA JAWA TEMPO DOELOE


Oleh : Ir. KRAy. S. Anglingkusumo SPd, M. Eng

Wanita sebagai penentu kebahagiaan keluarga ( suami dan anak anak ) dituntut untuk
bersiap diri menghadapi tahun yang baru yang akan penuh tantangan, menghadapi perubahan yang akan semakin cepat, memasuki tatanan baru dalam kemajuan teknologi
yang luar biasa.Tentu ”penanganan pendidikan” bagi anak anak perempuan akan sangat
jauh berbeda dengan ”tempo doeloe”..
Tulisan ini akan mengantarkan pembaca kepada suatu pendidikan wanita tempo ”doeloe”, yang ternyata ikut berperan dalam kehidupan rumah tangga dimana sekarang
ini sangat jauh berbeda dengan  dahulu, yang bagi para ibu masakini yang sudah berusia
lanjut ( 60 th keatas) terasa sangat aneh, dan sulit dimengerti. Namun demikian itulah
kenyataan yang ada dan semuanya berubah sangat cepat sebagaimana cepatnya teknologi
komunikasi sekarang.
Pada masa tahun 1945 sampai 1960 an , para gadis remaja  masih mendapat nasehat nasehat  tentang etika, dunia wanita dewasa, pendidikan ketrampilan wanita seperti peker
jaan rumah tangga, menjahit dan memasak dan sebagainya langsung dari ibunya atau dari
anggota keluarga lainnya seperti tante, bude atau sesepuh lainnya.
Ungkapan bahwa ”sorga dibawah telapak kaki ibu” adalah suatu ungkapan yang sangat
dalam artinya yang secara umum bisa diartikan bahwa masa depan anak  tergantung kepada kepandaian dan tingkat pendidikan ibu. Lebih jauh lagi dapat dikatakan bahwa masa depan bangsa tergantung pada peran ibu, sehingga ada ungkapan menyatakan bahwa ” Wanita adalah tiang negara, rusak wanita, rusaklah negara”.
Pengaruh seorang ibu terhadap anak amat besar pengaruhnya. Betapa tidak, sejak bayi ma
Sih dalam kandungan ibu sudah menentukan masa depan (kesehatan) bayi yang akan lahir kelak. Sekarang sangat mudah mendapatkan bukti bukti yang konkrit, misalnya bila
Bayi itu memang dikehendaki, dia akan lahir dengan baik dan sempurna demikian pula
Pertumbuhannya sebaliknya bila tidak dikehendaki, maka bayi itu akan lahir cacat, digu
gurkan atau terlantar setelah lahir akibat dari upaya melenyapkan rasa malu dengan minum jamu, obat obatan atau tidak merawat kandungan dengan baik. Belum lagi bagi
perkawinan yang sah, hanya karena kemiskinan, karena terlalu banyak anak akhirnya
anak menjadi  ”terlantar” sengaja maupun tidak sengaja.
Demikianlah  maka sejak dalam kandungan ibu sudah menentukan masa depan bayi dan selanjutnya masa depan anaknya dengan ”pitutur” atau petuah2 yang selalu diberikan bahkan sampai akan menginjak masa berumah tangga.
Berdasarkan arsip sejarah Indonesia, wanita sejak jaman dahulu kala dipersiapkan menjadi ibu yang baik, yang bijaksana, menjadi panutan bagi anak anaknya bahkan di
lingkungan kerajaan terkadang memang disiapkan untuk menjadi pendamping raja atau
bahkan memimpin kerajaan, baik sebagai ibu suri maupun sebagai ratu, terbukti keber
hasilan pemerintahan Ratu Sima ( abad ke 7 ) dari kerajaan Kalingga, maupun Tribhuana
Tunggadewi yang naik tahta pada th.1328 di kerajaan Majapahit, demikian pula di
Aceh, Sumatra Barat, Sulawesi Selatan  dll .
Pendidikan tempo dulu pada umumnya diberikan langsung oleh ibu , diarahkan oleh ayah
dan sekaligus juga diberi contoh sebagai suri tauladan oleh orangtua maupun orang orang
sekelilingnya yang sangat dijaga agar tetap berada dalam suasana tertib, santun sesuai dengan  pelajaran dan contoh etika yang diberikan.
Meskipun anak anak gadis bersekolah disekolah umum, tetapi dirumah tetap mengikuti dan patuh pada pola tradisi yang ada. Sehingga meskipun berpendidikan tinggi, etika  dan tradisi masih dijaga dengan baik.
Dalam buku ”Wulang Estri” karya Sri Paku Alam ke II, tertulis wejangan/nasehat bagi
Wanita dari seorang ayah kepada putrinya yang ditulis dalam bentu mocopat, dengan bahasa Jawa  bagaimana menyikapi masa depan yaitu menjadi ibu rumah tangga yang baik.
Adapun isi buku ” Wulang Estri ” tersebut antara lain adalah :
  1. Mengenai pengetahuan (kecakapan) berumah tangga yang harus diketahui oleh para wanita, seluk beluk berumah tangga yaitu :
”Nora gampang babo wong ngalaki, luwih saking abot,kudu weruh ing tata atine,
miwah cara carane wong laki, lan wateke ugi,den awas den emut”
  1. Petuah untuk tidak sombong dan berbuat semena mena, yaitu :  
” Yen pawestri tan kena mbawani,tumindak sapakon, nadyan sireku putri arane,
           ora kena ngandelaken sireki,yen putri narpati, temah dadi luput”                            
          Artinya seorang wanita jangan mendahului kehendak suami, berbuat semaunya/
            Asal perintah,meskipun kamu itu wanita jangan menonjolkan diri sekalipun putri
            Raja, karena akan berakhir tidak baik.
            Inti bait ini adalah agar wanita patuh,tidak melawan suami,bila berbuat sesuatu
            hendaknya  dipikir dahulu.
c.    Mengerti obat obatan / jamu serta merawat diri agar tetap sehat dan cantik :
Cawisa lir pakaryaning estri, raratus kokonyoh, widada sang dyah pagurone,
winulangaken mring marune sami, mrih dadya kanthi,ngladosi mring kakung”
Selalu sedia keperluan putri, memakai ratus dan lulur, lancara sang dyah mengajar
kepada semua madu, agar menjadi teman,dalam melayani suami.
Bait ini menggambarkan pentingnya pengetahuan tentang obat obatan, jamu dan
      senantiasa harus Ngadi saliro dan Ngadi Busono,memakai wewangian agar selalu                  m   menawan dan siap melayani suami.
  1. Wanita  harus pandai berhemat dan cermat :
” Lan aja doyan sembrana,menenga yen ora kasil,dohena wicara lakon,elinga tin
dak kang becik,serta gemi gemati,ngreksoa kagungan ang kulun, kang dadi atasira
yen ana wong den dasiki, aja rangsang ayema tepa sarira”
Jangan suka bersenda gurau , diamlah kalau tidak berhasil,jauhkan bicara yang tidak perlu,ingat selalu perbuatan yang baik, berbuatlah hemat dan cermat serta
menjaga harta milik suami , jangan mudah iri hati bila ada orang lain dikasihi.

Sebenarnya masih banyak contoh contoh pendidikan perempuan yang diwujudkan dalam bentuk tembang, maka empat buah contoh bait diatas adalah gambaran ajaran
Para orang tua kepada anak gadisnya yang dipersiapkan menyongsong masa depan
dalam rumah tangga, yaitu harus bijaksana,cerdas limpat,waspada,sabar,narima,bekti
nastiti,gemi,gumati,cawis lan tansah manis merak ati.
Pendidikan wanita Jawa Tempo Doeloe ini, hendaknya dapat kita jadikan perbandingan, mana yang baik kita terapkan, dan yang kurang baik dan tidak sesuai
dengan jaman kita tinggalkan.
Namun demikian yang pasti adalah pentingnya dan perlunya para ibu memberikan
petuah kepada putri putrinya, sebagai bekal menghadapi hidup agar tidak mudah
terjadi keretakan rumah tangga yang mempengaruhi perkembangan anak anak.
Sebagai penutup tulisan ini,marilah kita simak kata kata pujangga besar Jawa, Raden
Ranggawarsita yang berbunyi : ” Wadon nir wadonira,karana kaprabaweng salokorukmi” yang artinya : Sifat wanita akan hilang karena pengaruh harta benda.

 

                                                                          

No comments:

Post a Comment