Tuesday, May 28, 2013

GUSTI HADIPATI



1.      GUSTI KANJENG RATU HAYU, permaisuri Sri Paku Alam II, ibu dari Sri Paku Alam III, eyang dari Sri Paku Alam IV, eyang dari Gusti Timur yang kemudian menjadi permaisuri dari Sri Paku Alam VI  dan ibu dari Sri Paku Alam VII.
2.      GUSTI KANJENG, putri Pangeran Mangkudiningrat  dan cucu dari Sri Sultan HB II, permaisuri dari KPH Nataningprang calon putra mahkota dari Sri Paku Alam II akan tetapi yang wafat mendahului ayahnya, yang dari perkawinannya dengan KPH Nataningprang memperoleh seorang putra yang bernama RT Nataningrat yang kemudian menjadi Sri Paku Alam IV, Gusti kangjeng mana setelah KPH Nataningprang wafat, kemudian menjadi permaisuri dari  Sri Paku Alam III  dan dari perkawinannyaitu memperoleh  seorang putri yang bernama GUSTI TIMUR  dan setelah Sri Paku Alam III mangkat  Gusti Kangjeng itu menjadi permaisuri dari Sri Paku Alam V , dan putrinya dari Sri Paku Alam III yang bernama GUSTI TIMUR kemudian dikawinkan dengan KPH Notokusumo putera mahkota dari Sri Paku Alam V yang akhirnya jumeneng sebagai Sri Paku Alam VI.
3.      GUSTI TIMUR, putri Sri Paku Alam III dari perkawinannya dengan Gusti Kangjeng, yang kemudian dikawinkan dengan Sri Paku Alam VI dan antara lain melahirkan seorang putra yang bernama BRMH Surarjaningrat yang akhirnya jumeneng menjadi Sri Paku Alam VII dalam tahun 1906.
Dengan demikian jelaslah bahwa Sri Paku Alam VII adalah keturunan langsung dari GUSTI KANGJENG RATU HAYU dengan urutan sebagai berikut :
            Gusti Kangjeng Ratu Hayu, peputra Sri Paku Alam III.
            Sri Paku Alam III peputra : GUSTI TIMUR dan GUSTI TIMUR peputra Sri Paku Alam VII
Disamping itu Sri Paku Alam VII juga keturunan langsung dari  GUSTI KANGJENG dengan urutan sebagai berikut :
            GUSTI KANGJENG peputra GUSTI TIMUR, dan GUSTI TIMUR peputra Sri Paku Alam VII
            Dan jelas bahwa Sri Paku Alam VII adalah keturunan langsung dari GUSTI TIMUR, sebab Sri Paku Alam VII adalah putera dari GUSTI TIMUR.
Dari gambaran diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa berkat perjuangan yang gigih baik dari GUSTI KANJENG RATU HAYU, maupun dari GUSTI KANGJENG ataupun dari GUSTI TIMUR, maka pada akhirnya DINASTI PAKUALAMAN tetap bisa mereka kuasai.
Sampai dengan Sri Paku Alam VI pengaruh Kraton Solo masih belum masuk ke dalam PURA PAKUALAMAN.  Akan tetapi setelah Sri Paku Alam VII jumeneng di tahun 1906 dan kemudian dalam tahun 1909 kawin dengan seorang puteri dari Sri Susuhunan Paku Buwono X yang bernama GUSTI RADEN AJENG RETNO PUASA, dan kemudian lebih dikenal dengan nama  GUSTI HADIPATI, maka pengaruh Kraton Solo mulai masuk ke dalam PURA PAKUALAMAN.
Dan yang mengherankan adalah bahwa sejak perkawinan Sri Paku Alam VII dengan seorang puteri dari Sri Susuhunan Paku Buwono X itu, maka kebudayaan Kraton Solo mulai masuk ke dalam PURA PAKUALAMAN, bahkan kemudian kebudayaan Kraton Solo menjadi dominan di PURA PAKUALAMAN.  Jika pada waktu ini orang meninjau Pura Pakualaman maka ia memperoleh kesan seoalah-olah Kadipaten Pakualaman itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan KRATON YOGYAKARTA, melainkan lebih banyak mempunyai hubungan dengan Kraton Solo.  Baik dalam keseniannya, seni karawitan dan seni tarinya maupun dalam cara berpakaian ataupun dari gelar-gelar yang diberikan kepada abdi dalem, semua lebih mirip dengan Kraton Solo daripada Kraton Yogya. Mengenai soal pakaian ini tidak hanya beskapnya akan tetapi juga udeng atau destarnya, warangka duwungnya dan cara mempergunakan AMBEN, semua mirip pada Kebudayaan Kraton Solo.
Terlepas setuju tidaknya terhadap perubahan yang terjadi di Pura Pakualaman, seolah-olah terlepas dari induknya ialah kraton Yogya dan dalam semua hal meniru Kraton Solo, yang jelas adalah bahwa segala sesuatu itu bisa terjadi  karena pengaruh GUSTI HADIPATI.  Dengan demikian kita bisa menarik kesimpulan bahwa GUSTI HADIPATI adalah seorang pribadi yang kuat, sebab baru sejak tahun 1909 GUSTI HADIPATI sudah bisa merubah kebudayaan Kadipaten Pakualaman yang sudah berlaku dan hidup selama kurang lebih satu abad (1813-1909).
Dan memang dalam sejarah ternyata GUSTI HADIPATI adlah seorang pribadi yang kuat yang mempunyai pengaruh positif terhadap puteranya Sri Paku Alam VIII seperti yang akan dijelaskan dibawah ini :
Seperti kita ketahui pada waktu Sri Paku Alam VII mangkat dalam tahun 1937, Sri Paku Alam VIII yang sekarang, yang pada waktu itu masih bernama : KPH Suryodilogo masi berada di Nederland.  Beliau pada waktu itu di utus oleh ayahanda Sri Paku Alam VII untuk menghadiri perkawinan agung antara Puteri Juliana dengan Pangeran Bernard.  Setelah selesai menghadiri perkawinan agung itu, KPH Suryodilogo sebelum pulang ke Indonesia mengadakan perjalanan keliling Eropa.  Tatkala KPH Suryodilogo mengadakan perjalanan keliling itu Sri Paku Alam VII mangkat.
Setelah pemerintah Belanda memperoleh berita tentang mangkatnya Sri Paku Alam VII itu makan segera Perdana Menteri Colijn mengundang KPH Suryodilogo yang masih berada dalam perjalanan keliling Eropa untuk kembali ke DEN HAAG.  Dan setelah KPH Suryodilogo bertemu Perdana Menteri Colijn maka disamping KPH Suryodilogo diberitahu tentang mangkatnya Sri Paku Alam VII, Perdana Menteri Colijn juga menegaskan  kepada beliau bahwa beliaulah yang yang kemudian diangkat oleh Gupermen Belanda untuk menggantikan ayahanda sebagai Sri Paku Alam VIII.  Pada waktu itu KPH Suryodilogo berniat untuk segera pulang ke Indonesia dengan naik kapal terbang, akan tetapi dalam pembicaraan tilpun dari Nederland dengan ibundanya di Yogya, maka GUSTI HADIPATI menasehatinya agar beliau pulang ke Indonesia dengan menggunakan kapal api saja. (Perlu ditambahkan disini sebagai penjelasan bahwa sebelum Perang Dunia II, memang belum ada hubungan udara secara teratur antara Indonesia dan Negeri Belanda seperti sekarang).  Dan perjalanan dari Nederlan ke Indonesia atau sebaliknya dengan kapal terbang masih memakan waktu kurang lebih 12 hari, sebab penerbangan udara pada malam hari pada waktu itu belum lazim dan Negara-negara yang dilewati juga belum semua mempunyai alat-alat yang memadai dilapangan-lapangan terbang yang harus dilewati oleh kapal terbang.
Dengan demikian maka setelah KPH Suryodilogo kembali ke Indonesia, maka kemudian beliau dinobatkan sebagai Sri Paku Alam VIII pada tanggal 13 April 1937.  Pada waktu KPH Suryodilogo dibobatkan sebagai Kepala Kadipaten Pakualaman itu beliau boleh dikatakan belum memiliki pengalaman yang banyak dan luas dalam memimpin pemerintahan.  Untunglah bahwa Sri Paku Alam VIII dalam memimpin Kadipaten Pakualaman itu masih dapat didampingi Ibundanya : GUSTI HADIPATI yang selama kurang lebih 28 tahun mendampingi suaminya Sri Paku Alam VII sebagai Kepala Kadipaten Pakualaman.
Seperti kita ketahui baru saja Sri Paku Alam VIII memegang tampuk pemerintahan di Kadipaten Pakualaman kemudian pecahlah perang dunia II dalam bulan September 1939, dan pada tanggal 10 Mei 1940 Nederland diserbu dan diduduki oleh JERMAN HITLER, sehingga Indonesia putus hubungan dengan Nederland.  Dan pada tanggal 8 Maret 1942 Indonesia diduduki oleh JEPANG.
Pada saat-saat menghadapi pendudukan Jepang dalam tahun 1942 itu, maka GUSTI HADIPATI menasehati puteranya Sri Paku Alam VIII agar untuk selanjutnya dalam menghadapi segala hal, Sri Paku Alam VIII jangan meninggalkan Sri Sultan HB IX yang sudah jumeneng sejak tanggal 18 Maret 1940.  Maka oleh karenanya sejak jaman Jepang itulah hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman menjadi erat.
Konperensi Pamong Praja dilangsungkan bersama-sama dibawah pimpinan kedua PEPATIH DALEM dari Kasultanan dan Pakualaman.